IMPORTANT OF MEASUREMENT, SCALE, TYPE OF
MEASUREMENT, RELIABILITY AND ACCURACY, MEASUREMENT IN ACCOUNTING
MAKALAH
(Disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teori akuntansi pada program studi
S1 akuntansi)
Dosen
Pembimbing:
Erlynda
Y. Kasim SE., M.Si., AK., CA.
Disusun
Oleh:
Kristina
Kindari Goda (C10120005)
Melpika
Anggita (C10130038)
Febi (C10130036)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS
BANDUNG
MARET
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah dan Taufiknya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca dalam memahami konsep, skala, tipe-tipe, konsep
reliability dan akurasi, permaslahan serta kendala-kendala dalam pengukuran.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bandung, Maret 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Langkah
pertama dalam penyajian informasi kepada pemakai-pemakai laporan keuangan yang
berbeda diluar perusahaan adalah memilih objek dan kegiatan atau peristiwa
perusahaan serta atribut mereka yang relevan bagi pemakai-pemakai tertentu atau
pemakai-pemakai pada umumnya. Objek misalnya dapat berupa receivables, fixed
assets, dan long-term debt. Kegiatan misalnya meliputi penjualan
barang atau jasa dan pembayaran dividen. Tetapi sebelum pengukuran dapat
dilaksanakan, atribut - atribut yang akan diukur harus dipilih terlebih dahulu.
Atribut
mengenai accounts receivables meliputi nominal yang akan diterima dan
tanggal penerimaan itu yang diharapkan terjadi. Atribut mengenai fixed
assets meliputi kapasitas fisik, nominal yang dikeluarkan untuk memperoleh fixed
assets tersebut, atau nominal untuk mengganti fixed assets. Atribut
yang dipilih itu dipandang relevan kalau dapat membuat prediksi dan keputusan.
Biasanya kebanyakan atribut itu relevan hanya karena dapat dipakai untuk
mewakili sesuatu atau menjadi surrogate (pengganti) dari atribut yang
sebenarnya dikehendaki. Contoh : historical cost dalam hal - hal
tertentu merupakan surrogate untuk current value dari suatu aset
yang selanjutnya dapat membantu meramalkan future value.
Pengukuran
dalam akuntansi biasanya diartikan sebagai pemberian nilai - nilai numerikal
kepada objek atau peristiwa perusahaan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
penggabungan pos - pos (aggregation) seperti total nilai aset, atau pemilahan
(disaggregation) dari data sesuai dengan kebutuhan. Pengukuran juga meliputi
proses klasifikasi dan identifikasi, dan para akuntan sejak lama telah
menyadari adanya kebutuhan akan data non kuantitatif seperti disclosure yang
terlihat dalam catatan kaki atau catatan mengenai ikhtisar keuangan.
Upaya
untuk melakukan kuantifikasi atau pengukuran dalam teori akuntansi juga
memberikan tekanan kepada sistem pasar dalam perekonomian, karena pasar merupakan
sumber yang sangat penting mengenai data kuantitatif. Dari asumsi mengenai
perekonomian yang berdasarkan kekuatan pasar, maka harga pasar akan relevan
untuk pelaporan eksternal. Ini juga berarti bahwa karena keputusan - keputusan
ekonomi mempengaruhi hasil atau keadaan sekarang dan masa mendatang, maka harga
pasar pada saat ini atau pada saat yang akan datang lebih relevan daripada
harga pasar di masa yang lalu.
Dalam
beberapa kasus data kuantitatif mempunyai dampak yang lebih besar disbanding
data kualitatif. Oleh karena pengukuran atribut yang disajikan dalam laporan
akuntansi (misalnya aktiva, laba dan utang) merupakan fungsi penting dalam
akuntansi di bagian ini dibahas mengenai konsep-konsep pengukuran.
Dalam
akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan satuan pengukur berupa unit
moneter. Maksudnya agar pengukuran tersebut menunjukkan makna ekonomik dan
karenanya pengukuran yang demikian disebut penilaian (valuation). Penilaian
adalah prses penentuan jumlah rupiah suatu obyek untuk menentukan makna
ekonomik obyek tersebut di masa lalu, sekarang atau yang akan datang.
Dari
uraian tersebut maka pengukuran berarti proses penetapan jumlah uang untuk
mengakui dan memasukkan setiap unsure laporan keuangan dalam neraca dan laporan
laba rugi. Di dalam akuntansi pembeedaan penerapan pengukuran dan penelitian
umumnya dilakukan.
Pengukuran
biasanya untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat pada
saat obyek atau transaksi terjadi. Sedangkan penilaian biasanya digunakan untk
menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada tiap elemen
atau pos laporan keuangan pada saat penyajian laporan keuangan. Jadi secara
aplikatif dalam praktek pengukuran terjadi pada saat pencatatan (jurnal) sedang
penilaian pada saat penyajian.
1.2.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang penelitian diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan
adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep dari pengukuran?
2.
Skala apa yang digunakan dalam
pengukuran?
3.
Tipe-tipe apa yang digunakan dalam
pengukuran ?
4.
Bagaimana konsep reliability dan akurasi
dalam pengukuran?
5.
Bagaimana pengukuran dalam akuntansi?
6.
Apakah ada permasalahan lain yang
berhubungan dengan pengukuran bagi auditor?
7.
Apa saja kendala-kendala dalam
pengukuran?
1.3.
Maksud
dan tujuan penelitian
Maksud
dari penulisan makalah ini adalah
menghimpun data dan informasi yang terkait dengan tujuan penulisan. Adapun
tujuan penulisan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah:
1. Menjelaskan
konsep dari pengukuran dan pentingnya suatu pengukuran.
2. Memberikan
pemahaman tentang skala yang digunakan dalam pengukuran.
3. Memberikan
pemahaman tentang tipe-tipe dari pengukuran.
4. Menjelaskan
konsep dari reliability dan akurasi dalam pengukuran.
5. Menjelaskan
pengukuran dalam akuntansi.
6. Menjelaskan
permasalahan lain yang berhubungan dengan pengukuran bagi auditor
7. .Menjelaskan
berbagai kendala yang terjadi pada pengukuran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
dan pentingnya pengukuran
2.1.1. Pengertian pengukuran
Menurut
Campbell, orang yang pertama menangani masalah pengukuran, definisi pengukuran
adalah: “The assignment of numerals to
represent properties of material systems other than numbers yang berarti
penentuan angka-angka yang menggambarkan sifat-sifat sistem material dan
bilangan-bilangan didasarkan pada hukum yang mengatur tentang sifat-sifat”.
Menurut
Stevens seorang ahli teori pengukuran ilmu sosial, pengukuran disebut sebagai: “assignment of numerals to objects or events
according to rules yang berarti penentuan angka-angka yang ada kaitannya
dengan objek-objek ataupun peristiwa-peristiwa sesuai dengan peraturan”. Sepintas,
definisi tersebut tampak sangat mirip, namun sesungguhnya yang pertama lebih
tradisional dan sempit cakupannya.
Pada
definisi Campbells, perbedaan dibuat antara sifat sistem dan sistem itu
sendiri. “sistem” merupakan objek atau peristiwa seperti yang disebutkan
Stevens: rumah, meja, orang, asset dan jarak tempuh. Aspek spesifik atau
karakteristik dari sistem seperti: berat, panjang, lebar, atau warna. Kita
selalu mengukur sifat dan bukan sistem itu sendiri. Dalam hal ini, definisi
Campbells lebih tepat dari Stevens.
Perhatikan
bahwa dalam definisi Campbells tugas yang harus dilakukan sesuai dengan “hukum”
yang mengatur sifat yang diberikan, sedangkan Stevens hanya memerlukan “aturan”
terhadap setiap seperangkat aturan. Artinya, Campbells melihat pengukuran
sebagai suatu sistem sedangkan Stevens melihatnya sebagai objek atau peristiwa.
Sterling
sendiri tidak sependapat dengan keluasan definisi Stevens, dia berpendapat
bahwa, “Dibutuhkan pembatasan pada jenis aturan yang dapat digunakan”. Jika
tidak, setiap penempatan angka dapat disebut pengukuran, tentu saja
bertentangan dengan pemahaman yang kita miliki dari istilah tersebut.
Pengukuran
melibatkan hubungan sistem bilangan formal untuk beberapa sifat dari objek atau
kejadian dengan rata-rata aturan semantik. Aturan-aturan ini terdiri dari
operasi yang dirancang untuk membuat sambungan (definisi operasional).
Pengukuran ini dimungkinkan karena hubungan satu ke satu (isomorfisma) antara
karakteristik tertentu dari sistem angka, sebagaimana dinyatakan dalam model
matematika dan hubungan antara objek-objek atau peristiwa yang berkaitan dengan
sifat yang diberikan.
Ketika
angka tersebut ditempatkan ke objek atau peristiwa, dalam model matematika
mencerminkan hubungan antara objek-objek atau peristiwa, maka sifat dari objek
atau peristiwa dikatakan diukur jika skala telah ditetapkan. Stevens
menyatakan: Saat ini korespondensi antara model formal dan empiris sangat erat
kaitannya, kita mampu menemukan suatu kebenaran dengan menguji model itu
sendiri.
Dalam
pandangan ini, proses pengukuran serupa dengan pendekatan teori formulasi dan
pengujian yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah pernyataan dinyatakan secara
matematis, adalah maju. Aturan semantik (operasi) yang dirancang untuk
menghubungkan simbol pernyataan ke objek atau peristiwa tertentu. Ketika kita
melihat hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkorelasi dengan
hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian
tersebut telah terjadi.
2.1.2. Pentingnya pengukuran
Pengukuran
adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk
merepresentasikan atribut-atribut konsep Atribut adalah sesuatu yang melekat
pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau cirri yang dikandung objek
tersebut (Suwardjono, 2010).
Dalam
setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat berupa penilaian
subyektif, misalnya persepsi seseorang tentang orang lain, yang dapat
menentukan bentuk hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat pula
berupa pengukuran yang lebih obyektif ataupun data statistik. Saat transaksi
jual-beli, merupakan situasi yang tepat sebagai contoh tentang pengukuran.
Sekantung
gula yang kita beli, mungkin berukuran satu kilogram, atau setengah kilogram,
itulah pengukuran yang nyata sehari-hari. Sedangkan dalam akuntansi contoh
pengukuran yang dilakukan adalah ketika kita mengukur keuntungan dengan
terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan kemudian menghitung keuntungan
sebagai perubahan modal selama periode setelah memperhitungkan semua peristiwa
ekonomi yang mempengaruhi kekayaan perusahaan.
Seluruh
pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan-tujuan khusus untuk menentukan
langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan karena dengan mengukur
suatu objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat
menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan objek
tersebut. Untuk memudahkan kita melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh
suatu hasil yang akurat dan dapat diandalkan maka kita dapat menggunakan skala
dan memilih tipe pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek yang kita
ukur.
2.2.
Skala
yang digunakan dalam pengukuran
Setiap
pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat ketika aturan
semantic digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau
kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga
memberikan arti kepada angka tersebut. Jenis skala yang dibuat tergantung
kepada aturan sematik yang digunakan. Menurut Steven, skala dapat digambarkan
secara umum menjadi nominal, ordinal, interval atau rasio. (Godfrey, dkk.
2010). Berikut beberapa jenis-jenis skali:
1. Skala
Nominal
Dalam skala nominal, nomor hanya
diigunakan sebagai sebuah label.
Contohnya adalah penomoran pemain
sepak bola. Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala nominal.
Torgerson menyatakan: “Dalam
pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat
kepemilikan dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu sendiri.
Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok
dari objek.”
2. Skala
Ordinal
Skala ordinal dibuat ketika suatu
operasi memeringkat objeknya sehubungan dengan property yang diberikan. Contohnya, investor melihat 3 kemungkinan
jenis investasi untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan
nilai bersihnya saat ini.
Kelemahan skala ordinal adalah
interval antar nomor tidak memberitahukan apa-apa tentang perbedaan kuantitas
kepemilikan yang diwakilinya.
3. Skala
Interval
Skala interval memberikan informasi
yang lebih daripada skala ordinal. Tidak hanya memberi peringkat kepada
objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya diketahui dan sama.
Contohnya adalah pengukuran suhu
ruangan dengan menggunakan thermometer
celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal ruangan A dan B,
dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B 30 derajat celcius, maka
selain kita dapat mengatakan bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga
mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan A. Kelemahan
skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas.
4. Skala
Rasio
Skala rasio adalah skala yang:
Ø Memberikan
peringkat kepada objek atau kejadian
Ø Interval
antar objek diketahui dan sama
Ø Asal
yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir
diketahui
Contohnya adalah pengukuran
panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan panjang B adalah 20 m, kita tak hanya
bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih panjang dari A, tetapi B juga dua kali
lebih panjan dari A. Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode
pengukuran yang digunakan, maka sistem pengukuran akan menghasilkan format yang
sama dari variabel-variabel yang digunakan dan pengambil keputusan akan membuat
keputusan yang sama juga.
Tapi hal ini tidak berlaku dalam
akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga variabelvariabelnya.
Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang
berbeda juga. Metode-metode pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan
informasi yang sama.
2.3.
Tipe-tipe
pengukuran
Proses
pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian.
Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang
perbedaan jenis-jenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis yaitu
fundamental dan turunan.
Menurut
Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-teori
empiric (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran yang lebih jauh,
pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas
pengukuran fundamental dan turunan yang didiskusikan Campbell. (Godfrey, dkk.
2010).
1. Pengukuran
Fundamental
Pengukuran
fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka bisa diterapkan pada benda
dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran variabel apapun.
Hal-hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal
yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda
sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada
benda-benda yang sudah ada.
2. Pengukuran
Turunan
Menurut
Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung dari
pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah pengukuran kepadatan,
yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Dalam akuntansi, contoh
pengukuran turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari penambahan dan
pengurangan pendapatan dengan beban.
3. Pengukuran
Formal
Ini adalah tipe
pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi yang dibangun
secara acak untuk dihubungkan dengan hal-hal yang bisa diamati dengan pasti
(variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk
mendukung hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana
cara untuk mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan
variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep
keuntungan dan bagaimanapun bisa digunakan untuk mengukur keuntungan secara
tidak langsung.
Untuk mengukur
validitas pengukurannya, ilmuwan sosial berusaha menghubungkan hal-hal yang
dipelajari dengan variabel lain untuk melihat manfaatnya. Contohnya, jika kita
ingin mengukur kemampuan aritmatik orang, kita mungkin memilih untuk menguji
mereka dalam suatu tes aritmatik. Bagaimanapun, tidak ada teori empiris yang
konfirmasi untuk menilai tes yang kita lakukan, dan kita membuat asumsi ketika
kita membangun skala pengukuran. Kita bisa memprediksikan bahwa pada kebanyakan
orang, yang mempunyai nilai tes yang tinggi juga akan berprestasi dalam kuliah
matematika.
2.4.
Konsep
dari reliability dan akurasi dalam
pengukuran
Apa yang dimaksud
dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan pengukuran? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan terlebih dahulu bahwa tidak ada
pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan. Kita bisa mengukur
jumlah kursi di ruangan tertentu dan dengan benar. Untuk semua pengukuran
mengandung kesalahan atau erorr.
1. Sumber
kesalahan
a)
Operasi Pengukuran tidak tetap
Aturan
untuk menetapkan nomor untuk properti tertentu biasanya terdiri dari satu set
operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan secara tepat dan karenanya
dapat diinterpretasikan salah oleh pengukur.
b)
Pengukur
Pengukur
mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi bias, atau menerapkan atau membaca
instrumen dengan tidak benar.
c)
Instrumen
Banyak
operasi membutuhkan penggunaan alat fisik, seperti penggaris atau termometer
atau barometer, yang mungkin cacat.
d)
Lingkungan
Pengaturan
di mana operasi dilakukan pengukuran dapat mempengaruhi hasil.
e)
Atribut yang tidak jelas
Apa
yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran melibatkan
suatu konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.
f)
Resiko dan Ketidakpastian
Hal
ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Jika semua pengukuran
kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan kesalahan, maka yang kita
butuhkan adalah untuk menetapkan batas kesalahan yang diterima. Jika pengukuran
masih dalam batas-batas ini maka dapat dianggap benar dan adil dalam hal akuntansi.
(Godfrey, dkk. 2010).
2.
Pengukuran yang dapat diandalkan
Sering diperlukan bahwa
sebelum unsur-unsur seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban diakui
dalam laporan keuangan, unsur-unsur tersebut harus mampu untuk dilakukan
pengukuran yang dapat diandalkan. Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek:
ketepatan dan kepastian pengukuran, dan pengungkapan yang secara meyakinkan
mewakili sehubungan dengan transaksi ekonomi yang mendasarinya dan berbagai
peristiwa. Aspek mempengaruhi ketepatan pengukuran.
Istilah “presisi” sering digunakan dalam dua
konteks. Pertama, mungkin merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan
dengan gagasan pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam
hal ini berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya,
serta persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang kali
yang diterapkan pada properti tertentu. Arti terakhir ini pada dasarnya sama
dengan keandalan. Dengan menyatukan dua istilah, kita dapat mengatakan bahwa
keandalan dari pengukuran berkaitan dengan ketepatan di mana suatu properti
tertentu diukur dengan menggunakan satu perangkat operasi.
3.
Pengukuran yang akurat
Meskipun prosedur
pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat tepat, namun
tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah akurasi
berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran menuju “nilai sejati” dari atribut
pengukuran (Godfrey, dkk. 2010). Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu
objek, dapat ditentukan secara akurat dengan membandingkan objek dengan standar
yang mewakili nilai sebenarnya.
Masalahnya adalah pada
beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak diketahui. Untuk menentukan
ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita ukur
untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan
informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan
gagasan pragmatis dari “kegunaan”, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan
spesifikasi dan standar kuantitatif yang harus diterapkan.
2.5.
Pengukuran
dalam akuntansi
Perhitungan yang paling
fundamental dalam ilmu akuntansi adalah perhitungan modal dan laba. Modal
dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar modal.
Laba berasal dari perbandingan dari beban dan pendapatan, juga perubahan modal
dalam satu periode akuntansi. Modal dapat dinilai dan dihitung dengan berbagai
cara, contoh : historical cost,
operasional, keuangan, atau nilai wajar. Sejarah menunjukkan pada kita bahwa
konsep perhitungan atas modal dan laba telah berubah dan berkembang dari waktu
ke waktu dan menghasilkan beberapa konsep perhitungan yang fundamental.
Saat ini, standar
pelaporan keuangan internasional telah membuat konsep lebih tepat yaitu konsep
“nilai wajar”. Beberapa pengamat beragumen dan mengkritik konsep “nilai wajar”
ini. Bahwa konsep ini merubah konsep alokasi ke pendekatan penilaian, di mana
akan menunjukkan perbedaan tergantung atas situasi dan interpretasi yang
subjektif. Perubahan ini lebih fokus pada penilaian “Balance Sheet”, mengalihkan akuntansi dari perhitungan alokasi laba
yang sederhana dan lebih menekankan pada relevasi pada realita komersil dan
pengambilan keputusan oleh investor dibadingkan kebenarannya.
Pengukuran dalam
akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran turunan untuk modal dan
keuntungan. Laba akuntansi sekarang berasal dari standar akuntansi
internasional. Dari perubahan modal selama periode dari semua kegiatan termasuk
kenaikan dan penurunan fair value
aktiva bersih tidak termasuk transaksi dengan pemilik.
Modal berasal dari 'net fair value' aktiva dan kewajiban.
.Berarti kita harus mengukur nilai modal awal, pada jumlah penghasilan yang
diterima, jumlah modal yang digunakan, dan perubahan nilai fair value aktiva bersih. Peningkatan modal selama periode akan
dating akan mengukur jumlah laba dari berbagai macam sumber, termasuk dari
operasional dan penilaian kembali aktiva (setelah disesuaikan dengan pemasukan
modal baru atau pembayaran deviden). Nilai wajar aktiva bersih disajikan
kembali maka akan merupakan modal awal pada periode berikutnya. (Godfrey, dkk.
2010).
Sebaliknya, pendekatan
pengukuran dengan pendekatan yang dilakukan sebelum pengenalan standar
akuntansi internasional, pendapatan yang diterima disesuaikan terhadap aset
bersih yang digunakan dalam suatu periode, dan jika pendapatan lebih besar dari
penggunaan modal bersih (atau biaya), maka kita mengalami peningkatan modal.
Keuntungan tidak
diperoleh sampai modal awal dari biaya historis dipertahankan dan laba
direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan sebesar harga perolehan dan
perubahan dalam aktiva bersih tidak dianggap sebagai keuntungan. Maka, kita
dapat melihat bahwa laba turunan sangat tergantung pada bagaimana kita mengukur
modal awal dan bagaimana kita mengukur biaya dan alokasi modal. Kita juga dapat
melihat bahwa konsep penilaian modal dalam akuntansi telah berkembang dari
waktu ke waktu dengan hasil bahwa kita miliki pengukuran atas modal secara umum
dan konsep laba.
Perspektif yang berbeda
ini mencerminkan batas-batas berbagai akuntansi dan kurangnya sebagai model
konvensional dan dominan. Ditambahkan dalam hal ini adalah sejumlah akademis
secara signifikan menurun dari waktu ke waktu, tetapi item neraca dan aktiva
tidak berwujud menjadi lebih penting. Baru-baru ini, International Accounting Standar Board (IASB) telah mengambil
pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung kebutuhan untuk suatu standar
akuntansi yang akan digunakan di seluruh dunia untuk menghasilkan informasi
keuangan yang sebanding.
Hal ini menyebabkan dua
perkembangan penting dalam standar akuntansi internasional sebagai sinyal
melalui standar akuntansi seperti IAS 39/AASB139 instrumen keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran dan IASB / FASB proyek bersama mengenai pelaporan keuangan
kinerja-(1) bahwa pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus dihubungkan
dengan pengakuan tepat waktu, dan (2) bahwa pendekatan 'nilai wajar' harus
diadopsi sebagai prinsip pengukuran kerja. Jadi, dari tahun 2005 kami melihat
penggunaan (sebagian) dari suatu prinsip pengukuran yang berfokus pada
perubahan nilai aktiva dan kewajiban bukan penyelesaian proses pendapatan.
Singkatnya, ini berarti
bahwa perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban diakui secara langsung mereka
terjadi dan dilaporkan sebagai komponen income. Lebih lanjut, fokus telah
bergeser ke arah konsep penilaian, dengan neraca repositori utama dari nilai
yang relevan sebagai informasi, dan pengguna utama informasi akuntansi adalah
pemegang saham dan investor.
2.6.
Permasalahan
lain yang berhubungan dengan pengukuran bagi auditor
Beberapa
isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk pengukuran keuntungan
dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai perubahan atas nilai wajar
aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukan dengan cara mencocokkan transaksi
pendapatan dan beban untuk periode auditor dapat berkonsentrasi pada
pengumpulan bukti bahwa transaksi tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem
akuntansi klien. Namun, ketika keuntungan berasal dari perubahan nilai wajar
pertanyaan yang lebih sulit muncul untuk auditor sekitar mengumpulkan bukti
pada perkiraan manajemen.
Sebagai
contoh, salah satu aspek untuk mengukur keuntungan dengan menilai perubahan
nilai wajar aktiva bersih yang ditangani oleh standar akuntansi IAS 36/AASB
136. Pernyataan ini mensyaratkan penurunan nilai aktiva diakui sebagai rugi
penurunan nilai. Manajemen entitas diperlukan untuk menilai pada tanggal
laporan apakah ada indikasi bahwa aset mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut
terjadi, manajemen akan mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika
jumlah yang dapat dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatatnya, nilai
tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh
kembali. Pengurangan Itu adalah kerugian penurunan nilai.
Kerugian
penurunan nilai diakui segera dalam laba dalam banyak kasus. Audit bimbingan
standar internasional untuk kerugian penurunan nilai audit dan perkiraan nilai
wajar terdapat dalam ISA 540. Auditor diharuskan untuk mengumpulkan bukti untuk
menilai jika manajemen telah mengikuti standar akuntansi yang tepat dan jika
jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan nilai wajar. Untuk melakukan hal
ini auditor harus menentukan apakah manajemen telah memilih metode penilaian
yang sesuai dan masuk akal dan asumsi.
Jika
standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian untuk aset tertentu dan
kewajiban yang consedered, auditor
dapat menerima metode penilaian yang wajar. Ini berarti bahwa sulit bagi
auditor untuk tidak setuju dengan pemilihan manajemen terhadap metode penilaian
tertentu yang sedang digunakan oleh entitas lain. Auditor harus mengumpulkan
bukti bahwa metode ini diterapkan secara konsisten, sehingga manajer tidak
memilih dan memilih metode dari tahun ke tahun tergantung pada hasil keuntungan
yang diinginkan mereka. Auditor juga harus menilai apakah nilai aktiva atau
kewajiban dengan benar ditentukan dari asumsi signifikan manajemen, model
penilaian dan data yang mendasari relevan. Data tersebut akan mencakup suku
bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar digunakan oleh
perusahaan perbandingan, data royalti, dan sebagainya.
Secara
keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian yang wajar dan asumsi
mungkin, adalah mungkin untuk jumlah diferent tapi masuk akal beberapa untuk
diakui oleh manajemen kerugian penurunan nilai. Jumlah ini berbeda karena itu
akan dapat diterima oleh auditor jika bukti audit menunjukkan bahwa manajemen
telah menerapkan model penilaian benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam
situasi ini, adalah mungkin bahwa auditor menghadapi tekanan dari manajer
setuju dengan pilihan penilaian mereka atau kehilangan audit agar auditor yang
lain lebih menyenangkan.
Adanya
berbagai alternatif metode penilaian atas aset yang menimbulkan masalah
tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat
diterima oleh auditor jika memenuhi persyaratan :
a. Metode
penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten,
b. Menggunakan
asumsi yang beralasan,
c. Data
yang digunakan untuk penilaian tersebut valid.
Pada
prakteknya, auditor kadang menerima tekanan dari manager perusahaan auditee untuk menerima metode penilaian
atas aset perusahaan tersebut jika tidak maka auditee akan mencari auditor yang lain. Masalah lain yang muncul
adalah audit atas biaya historical
seperti standar biaya persediaan. Seharusnya biaya atas persediaan ditetapkan
secara tepat, tapi biaya itu didasarkan atas asumsi proses produksi yang
dipengaruhi oleh kondisi yang berubah-ubah.
2.7.
Kendala-kendala
dalam pengukuran
Kendala pengukuran yang
utama timbul karena data ekonomi disajikan berdasarkan asumsi bahwa data itu
relevan untuk meramalkan masa datang. Karena hubungan antara masa kini dan masa
datang umumnya tidak pasti, maka sulit menetapkan pengukuran yang relevan untuk
tujuan ini. Tetapi ketidak mampuan untuk membuat pengukuran yang terandal atas
attribut khusus yang dianggap relevan disebabkan oleh kurangnya teknik
pengukuran yang terandal dan ketidak mampuan untuk menemukan prosedur pegukuran
yang menjelaskan secara layak attribut yang sedang diukur. Jadi kendala
disebabkan oleh ketidak pastian, kurangnnya objeksitfitas dan vearibilitas
dalam pengukuran, kurangnya unit moneter yang stabil.
Konservatisme bertindak
sebagai kendala pada pengukuran akuntansi karena hal ini sudah sedemikian
tertanam didalam pemikiran manajemen dan para akuntan, tetapi konservatisme ini
sebagai kendala yang harus dibuang melalui metode pendidikan yang semestnya.
1. Ketidakpastian
(Uncertainty)
Ketidak pastian dalam
akuntasi timbul dari dua sumber utama
a.
Informasi akuntansi umumnya berhubungan
dengan kesatuan yang diharapkan akan tetapi hidup pada masa yang akan datang
karena alokasi sering dilakukan antara periode masa lalu dan masa datang maka
asumsi harud dibuat mengenai logika alokasi ini dan berdasarkan harapan
mengenai masa datang.
b.
Pengukuran akuntansi sering diasumsikan
menggambarkan ungkapan kekayaan dalam nilai uang yang membutuhkan estimasi
jumlah mendatang yang tidak pasti
Jadi pengukuran manapun
yang didasarkan pada estimasihanya dapat bersifat sementara akan tetapi in
tidak berarti bahwa estimasi dan ramalan tidak harus dibuat seteliti mungkin
jikga ternyata relevan
2. Objektifitas
dan verifiabilitas
Agar pengukuran akuntansi
dapat sehandal mungkin dalam menyajikan informasi yang relevan untuk peramalan
dan pengambilan keputusan oleh para investor dan para pemakai laporan keuagan
lainnya, maka para akutan harus menetapkan attribut apa yang sedang diukur dan
kemudian memilih prosedur pengukuran yang dapat menjelaskan attribut itu secara
akurat. Objektivitas mengandung beberapa arti diantaranya:
a.
Pengukuran yang bersifat impersonal atau
berada diluar pikiran orang yang melakukan pengukuran maksudnya adalah
pengukuran terpisah dari orang yang melakukan pengukuran jadi diasumsikan bahwa
tidak terdapat penilaian sujektif dan bias pribadi
b.
Pengukuran yang didasarkan pada bukti
yang dapat diperiksa atau verifiable maksudnya adalah penekanannya terletak
pada bukti pendukung bukan pada pengukuran itu sendiri.
c.
Pengukuran yang didasarkan pada
kesepakatan para pakar yang kompeten hal ini mengandung makna bahwa pengukuran
dapat dikatakan objektif jika dapat dibuktikan dengan kesepakatan pribadi dari
pakar.
d.
Lebar sempitnya dispersistatistik dari
pengukuran attribut bila dilakukan oleh pengukur yang berbeda. Jika beberapa
penyidik menggunakan metode pengukuran yang sama atau serupa atas attribut yang
didasarkan pada bukti yang serupa maka beberapa pengukuran yang dihasilkan
sangat mengkin akan menghasilkan kisaran nilai
3. Keterbatasan
dari unit moneter
Walaupun data akuntansi
tidak dibatasi untuk diukur dalam unit moneter, namun laporan akuntansi secara
tradisional mencakup terutama informasi keuangan dan dalam banyak kasus unit
moneter merupakan unit pengukuran yang paling baik khususnya bila penggabungan
diinginkan atau diperlukan. Akan tetapi unit moneter mempunya keterbatasan
sebagai metode pengkomunikasian informasi. Batasan atau kendala yang paling
serius disebabkan oleh kenyataan bahawa nilai unit moneter tidak stabil dengan
berjalannya waktu.
Karena banyak ramalan
dan keputusan harus menggandalkan perbandingan data akuntasi secara sah
sepanjang waktu maka ketidakstabilan unit moneter menyebabkan data akuntansi
yang didasarkan pada harga tukar masa lalu harus disajikan kembali agar dapat
diperbandingkan dengan harga tukar berlaku dan yang akan datang agar relevan
dan teredah untuk pengabilam keputusan dan ramalan secara layak. Denga kata
lain, kendala pengukuran yang berupa ketidak stabilan unit pengukur menuntut
modifikasi dalam penggunaan harga tukar dari beberapa periode waktu yang
dinyatakan dalam nilai uang.
4.
Konservatisme
Istilah konservatisme umumya digunakan untuk
mengartikan bahwa para akuntan harus melaporkan nilai yang terendah dari
beberapa nilai yang mungkin untuk aktiva dan pendapatan serta nilai yang
tertinggi dari beberapa nilai yang mungkin untuk kewajiban dan beban. Hal ini
juga menyiratkan bahwa beban harus diakui sedini mungkin dan pendapatan diakui
selambat mungkin. oleh karena itu aktiva bersih atau net asset lebih mungin
dinilai dibawah harga tukar berlaku dari pada diatasnya dan perhitungan laba
mungkin akan menghasilkan yang terendah diantara beberapa jumlah alternatif
yang ada. Jadi, pesimisme dianggap lebih baik dibanding optimisme dalam
pelaporan keuangan. Terdapat tiga argumen untuk konservatisme.
Argumen yang pertama
bahwa kecendrungan terhadap pesimisme dianggap perlu untuk mengimbangi
optimisme yang berlebihan dari para manajer atau pemilik. Argumen yang kedua bahwa
laba dan penilaian yang dinyatakan terlalu tinggi lebih berbahaya bagi
perusahaan dan pemiliknya dari pada penyajian yang terlalu rendah (under statement). argumen yang ketiga
bahwa akuntan lebih mampu memperoleh informasi lebih banyak dari pada yang dapat
dikomunikasikan kepada para investor dan kreditor dan bahwa akuntan dihadapkan
pada dua jenis resiko yaitu resiko bahwa apa yang dilaporkan itu ternyata tidak
benar dan resiko bahwa apa yang tidak dilaporkan ternyata benar.
Sebaik-baiknya konservatisme dia merupakan metode yang
sangat buruk dalam memperlakukan adanya ketidakpastian dalam penilaian dan
laba. Dan seburuk-buruknya dia sama sekali mengakibatkan distorsi atas data
akuntansi. Bahaya utamanya adalah karena konservatisme
merupakan metode yang sangat kasar (crude
method), pengaruhnya tidak terduga. Oleh karena itu, data yang dilaporkan
secara konservatif tidak dapat
diinterpretasikan dengan tepat walaupun oleh pembaca yang baik sekali pun.
Perlu juga dicatat
bahwa konsevatisme bertentangan
dengan tujuan untuk mengungkapkan semua informasi yang relevan dan dengan
konsistensi sejauh konsistensi itu merupakan hal yang relevan dan konservatisme
dapat mengurangi keterbandingan atau komparabiliti karena tidak dapat standar
yang seragan dalam penerapannya.
BAB
III
Penutup
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen statement keuangan harus diukur untuk
membentuk informasi semantic, yaitu
elemen (object), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Atribut elemen harus
diidentifikasi dan atribut pengukuran yang sesuai dipilih untuk mendapatkan
ketepatan penyimbolan. Pengukuran adalah penentuan besarnya unit pengukur yang
akan dilekatkan pada suatu object
(elemen/pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk
merepresentasi makna atribut objek tersebut. Sehingga dua objek atau lebih
dapat dibedakan dan diperbandingkan atas dasar makna tersebut.
Setelah
elemen-elemen diukur, apakah elemen harus disajikan melalui statement keuangan
atau media pelaporan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan kriteria pengakuan
atas dasar elemen yang dipilih, pengukuran yang tepat, dan karakteristik kualitatif.
Empat kriteria pengakuan utama (fundamental) adalah definisi, keterukuran,
keberpautan, dan keterandalan dalam lingkup kualitas informasi batas atas dan
batas bawah.
Pengukuran
mencakup hubungan formal angka dengan sifat-sifat atau kejadian dengan
berpedoman pada peraturan semantik. Peraturan yang digunakan untuk menentukan
jumlah dapat dientukan sesuai dengan keempat skala: nominal, ordinal, interval
atau rasio. Dalam akunting, kita dapat menggunakan skala rasio untuk mengukur
sifat-sifat finansial pendapatan, aset dan hutang. Namun demikian, kita juga dapat
mengaplikasikan skala ordinal untuk peringkat projek-projek investasi atau
profitabilitas atau keutnungan perusahaan, atau skala interval dalam akunting
biaya standar.
Pada
pembahasan ini menjelaskan tiga jenis pengukuran yang berbeda. Pengukuran
mendasar adalah apabila angka-angka yang tidak bergantung pada sifat-sifat
lainnya, namun tetap dapat dilakukan dengan mengacu pada hukum alam. Dalam
akunting, terdapat perdebatan tentang sifat nilai dasar. Pengukuran yang
dilakukan, sangat bergantung pada hasil pengukuran terdahlu pada dua atau lebih
kuantitas lainnya. Pengukuran pertama selalu berubah dan biasanya dapat
ditentukan dengan fiat. Semua pengukuran tidak terlepas dari kesalahan karena
banyak pengukuran nilai yang benar tidak diketahui.
Teori
pengukuran juga mengajarkan pada kita bahwa apabila banyak pengukuran dalam
akuhnting ada pada skala rasio, yang merupakan skala yang paling informatif,
maka akan terdapat dasar teori yang sangat lemah sebab dikategorikan sebagai
pengukuran fiat. Pengukuran fiat adalah pengukuran yang mengaitkian bilangan
dengan sifat-sifat objek atgau kejadian-kejadian berdasarkan definisi yang
berubah. Kepercayaan yang sangat besar pada pengukiuran seperti ini dapat
diperoleh apabila terdapat bukti-bukti emperis atau bukti-bukti teoritis yang
mendukung hubungan sifat-sifat atau kebutukan akan teori-teori seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey,
Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes (2010), Accounting Theory, 7th ed., John Wiley
& Sons, Inc.
Scott,
William R, Financial Accounting Theory,
Seventh Edition, 2015, Pearson, Canada
Suwardjono
(2010), Teori Akuntansi Perekayasaan
Pelaporan Keuangan, Edisi Revisi 2011, BPFE.
Tuanakotta,
Theodorus M, Teori Akuntansi, Buku
Satu, 2000, LPFE – UI, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar